MAZHAB KEYNES
Teori
Keynesian ini adalah jalan tengah antara teori Klasik yang tidak
meinginkan campur tangan pemerintah sama sekali dan Sosialis yang
esktrim menginginkan campur tangan pemerintah dalam setiap aspek ekonomi
negara. Sistem sosialis hanya memberikan sedikit ruang tersisa bagi
masyarakat untuk berkiprah, berkreatifitas dan mengatur diri sendiri.
Kaum sosialis menyalahkan para kapitalis sebagai penyebab terjadinya
krisis dan depressi yang panjang di Eropa. Selama kaum kapitalis dengan
pasar bebasnya dibiarkan terus mengatur ekonomi dan menguasai pasar maka
selama itu pula krisis ekonomi akan selalu menghantui dan mengintip
terus. Hal ini karena kapitalis hanya mementingkan diri sendiri, mencari
keuntungan sebesar-besarnya untuk diri sendiri tanpa menghiraukan orang
lain yang miskin dan lemah. Untuk mengatasi keadaan maka sosialis
mengusulkan agar semua faktor-faktor produksi tidak lagi dikuasai oleh
swasta tetapi dikuasai dan diatur oleh negara. Konsekuensinya produksi
tidak lagi dikuasai oleh swasta tetapi diberikan kepada pemerintah untuk
mengaturnya dengan prinsip mengutamakan kepentingan masyarakat dan
negara diatas kepentingan segala-galanya.
Sebagai
jalan tengah Keynes mengusulkan agar orang bersedia meninggalkan
ideologi laissez faire yang murni yang terkandung dalam teori ekonomi
klasik. Artinya pemerintah tidak bisa lagi berpangku tangan membiarkan
pihak swasta dan masyarakat berjalan sendiri tetapi pemerintah harus
berperan aktif membantu menggerakkan roda perekonmian. Walaupun faktor
produksi dan proses produksi sendiri masih tetap dimiliki dan
dikendalikan oleh pihak swasta tetapi pemerintah harus aktif dalam
mempengaruhi pergerakan ekonomi. Dalam masa depresi di Eropa atau resesi
seperti yang dialami oleh Indonesia pada tahun 1997, pemerintah harus
meningkatkan anggaran belanja melakukan investasi atau kegiatan untuk
menciptakan lapangan kerja sehingga orang yuang menganggur dapat
pekerjaan dan mereka mendapatkan income sehingga kembali menggerakkan
konsumsi. Keynes tidak percaya bahwa full employmen akan terjadi secara
otomatis, tetapi full employment hanya akan tercipta bila pemerintah
berusaha untuk mendorong kearah tersebut. Perhatikan perbedaan pasar
pada ekonomi klasik dan Keynesian berikut ini.
Teori
Keynesian juga berpendapat bahwa pasar barang, pasar uang, tenaga kerja
dan pasa luar negeri, semuanya saling terkait satu sama lain sehingga
apapun yang terjadi pada salah satu pasar akan berdampak pada pasar yang
lain. Disequilibrium pada pasar uang dengan cepat akan merambat ke
pasar barang seperti yang dialami Indonesia pada waktu krisis ekonomi
pertengahan tahun 1997.
Keterkaitan Pasar barang dengan Teori Mazhab Keynes
Perbedaan
pasar barang menurut Keynesian dengan klasik terletak pada Hukum Say
bahwa permintaan sama dengan penawaran sehingga tidak akan terjadi
kelebihan atau kekurangan permintan atau penawaran. Menurut Keynesian
permintaan barang tidak selalu sama dengan penawaran karena tidak semua
income dibelanjakan tetapi sebagian dari pendapatan tersebut akan
disimpan dalam bentuk tabungan (saving). Tabungan tidak menambah
permintaan efektif terhadap barang dan jasa kalau tidak segera
diinvestasikan sehingga akan terjadi kelebihan stok barang atau
kelebihan produksi barang (penawaran). Apa akibat dari ketidakseimbangan
permintaan dengan penawaran ini terhadap perekonomian negara? Ada dua
akibat yang akan terjadi.
Pertama,
para produsen akan mengurangi jumlah produksi mereka pada tahun atau
periode berkutnya, artinya output atau GDP akan berkurang pada tahun
berikutnya. Bila output berkurang maka dampaknya akan sangat serius
terhadap variabel makro karena income, lapangan pekerjaan, konsumsi,
investasi dan seterusnya akan menurun.
Kedua,
akbat dari turunnya GDP dan income maka harga-harga akan turun karena
turunnya permintaan akibat penurunan income. Apabila harga-harga (harga
barang dan harga tenaga kerja) tidak kaku tetapi fleksibel dan turun
sebanding dengan penuruan income, seperti yang diasumsikan oleh teori
Klasik, maka keadaan down turn ini tidak akan berlangsung lama karena
harga yang turun akan kembali mendorong naiknya permintaan (sesuai
dengan hukum permintaan dan penawaran). Naiknya permintaan akan
mendorong produsen kembali menggenjot produksi mereka dan keadaan
terpuruk akan segera terkoreksi kembali. Pabrik dan industri tidak akan
tutup sehingga para buruh tidak banyak yang kena PHK. Berbeda dengan
teori Klasik yang mengasumsikan harga-harga adalah fleksible,
kenyataannya menurut Keynes, harga-harga adalah tidak fleksible tetapi
kaku (rigid), tidak mau turun. Akibatnya permintaan akan turun dan
produksi tidak akan naik sehingga ekonomi akan terjebak pada resesi atau
depresi.
Keadaan
sebaliknya bisa juga terjadi yaitu terjadinya kelebihan permintaan dan
kekurangan produksi. Misalnya produsen membuat perhitungan yang optimis
dengan menambah investasi sehingga permintaan aggregate naik (ingat
investasi adalah komponen Aggregate Demand). Bila kapasitas terpasang
pabrik sudah penuh maka tidak akan terjadi peningkatan produksi sehingga
produksi berkurang dan sementara permintaan naik. Kenaikan permintaan
dan kekurangan produksi ini akan ditransmisikan kedalam inflasi.
Ilustrasi 1
Dampak Kenaikan BBM
Pada tanggal 1 Maret 2005 pemerintah menaikan harga Bahan Bakar Minyak
rata-rata 29 % untuk semua jenis minyak. Pemerintah mengatakan dampak
kenaikan minyak ini terhadap inflasi berupa dampak langsung dan tidak
langsung tidaklah begitu besar, hanya berkisar 1,5 %, tepatnya 1,23 %
menurut perkiraan Bank Indonesia.
Inflasi pada tahun 2005 diperkirakan berkisar 5 % sampai 7 %. Artinya
naiknya harga minyak ini akan mengakibatkan naiknya harga-harga umum
barang dan jasa pada umumnya. Kenaikan harga-harga ini terjadi melalui
salah satu mata rantai yang terkena langsung dari kenaikan harga minyak
yaitu sektor transportasi. Walaupun menurut perhitungan pemerintah
kenaikan harga minyak ini hanya akan menaikan biaya transportasi
berkisar 6 sampai 10% tetapi kenyataan di lapangan ongkos transportasi
telah naik antara 10 sampai 20 %.
Apa dampak kenaikan minyak ini terhadap keadaan makro ekonomi Indonesia? Ada dua dampak yang akan timbul, pertama dampak jangka pendek antara lain akan terjadi disequilibrium permintaan dan penawaran agregat. Kedua, dampak jangka panjang yaitu dampak positip terhadap indikator makro ekonomi Indonesia seperti membaiknya anggaran pemerintah, pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dibandingkan dengan keadaan sekarang, berkurangnya jumlah orang miskin, dan lain-lain.
Apa dampak kenaikan minyak ini terhadap keadaan makro ekonomi Indonesia? Ada dua dampak yang akan timbul, pertama dampak jangka pendek antara lain akan terjadi disequilibrium permintaan dan penawaran agregat. Kedua, dampak jangka panjang yaitu dampak positip terhadap indikator makro ekonomi Indonesia seperti membaiknya anggaran pemerintah, pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dibandingkan dengan keadaan sekarang, berkurangnya jumlah orang miskin, dan lain-lain.
Dalam contoh ini kita akan bahas hanya dampak jangka pendek, terutama
dampak terhadap ouput. Kenaikan harga BBM berdampak langsung terhadap
kenaikan biaya transportasi. Kenaikan biaya transportasi ini disebabkan
karena naiknya komponen biaya transportasi seperti biaya suku cadang,
bahan bakar, biaya-biaya lain akibat inflasi, dan lain-lain. Dalam
jangka pendek kenaikan biaya transportasi akan mengakibatkan naiknya
harga-harga umum barang dan berujung pada naiknya angka inflasi. Akibat
dari inflasi adalah penurunan income riel sehingga konsumen kemungkinan
akan mengurangi belanja konsumsi. Pengurangan konsumsi akan berakibat
pada berkurangnya permintaan aggregate dan seterusnya akan terjadi
kelebihan penawaran aggregate. Menyikapi kelebihan produksi maka
produsen akan mengurangi produksi pada periode berikutnya sehingga akan
terjadi kontraksi output nasional yang diikuti oleh menurunnya income,
investasi dan naiknya pengangguran.
Dalam jangka panjang tentu skenario diatas akan berubah karena
konstraksi akan dikounter oleh adanya subsidi BBM untuk orang miskin
yang akan memperkuat permintaan aggregate sehingga ekonomi akan kembali
menuju titik keseimbangan, dengan asumsi bahwa subsidi BBM tersebut
tepat sasaran dan tidak dikorupsi.
Keterkaitan Pasar Uang dengan Teori Mazhab Keynes
Perbedaan
teori Klasik dan Keynesian dalam hal uang adalah, dan ini yang
merupakan perbedaan besar, Keynesian tidak setuju dengan pendapat bahwa
permintaan uang hanya ditentukan oleh kebutuhan transaksi dimana
transaksi ini dipengaruhi oleh volume barang, harga barang dan kecepatan
perputaran uang. Menurut Keynesian permintaan uang ditentukan oleh tiga
faktor yaitu:
a) Kebutuhan transaksi (transaction motive), yaitu Y, P dan k.
b) Kebutuhan untuk berjaga-jaga (precautionary motive) dan
c) Kebutuhan untuk berspekulasi (speculation motive) atau investasi.
Untuk kebutuhan transaksi sama dengan pendapat klasik dimana
teragantung dengan volume barang, harga dan konstanta. Tetapi untuk dua
faktor lagi Keynesian berpendapat bahwa permintaan akan uang juga
ditentukan oleh faktor berjaga-jaga dan spekulasi.
Kebutuhan berjaga-jaga adalah suatu kebutuhan untuk mengahadapi situasi yang tidak normal atau darurat, misalnya sakit, kecelakaan atau ada kebutuhan mendadak yang memerlukan uang yang tidak terduga sebelumnya. Jumah kebutuhan untuk jenis ini sama dengan kebutuhan transaksi, yakni tergantung dengan income. Bila dilihat secara prinsip maka kebutuhan jenis ini juga hampir sama dengan kebutuhan transaksi.
Faktor ketiga yang menentukan permintaaan uang adalah spekulasi, berbeda secara significant dengan teori klasik. Kebutuhan spekulasi adalah kebutuhan untuk mencari keuntungan dari permaian resiko dan keberuntungan. Sama seperti teori klasik, menurut Keynes uang tidak memberikan penghasilan apa-apa, misalnya dalam bentuk bunga, sehingga rugi kalau disimpan dalam jumlah yang terlalu banyak. Pada waktu teori ini dicetuskan oleh Keynes uang memang tidak memberikan keuntungan apa-apa kecuali untuk mempermudah proses transaksi sehari-hari. Sebagai alternatif dari memegang uang adalah membeli aset lain seperti obligasi (bonds) yang dikeluarkan pemerintah, karena obligasi memberikan pendapatan berupa bunga. Dalam perkembangannya sekarang uang telah bisa memberikan keuntungan dalam bentuk bunga bila disimpan di bank, walaupun tidak diinvestasikan ke usaha-usaha produktif tetapi bunganya sangat rendah diandingkan dengan deposito atau investasi lainnya. Kalau uang disimpan di rumah maka tetap tidak akan memberikan keuntungan sedikitpun. Tingkat keuntungan yang diperoleh dengan menabung di bank memang relatif rendah dibandingkan dengan investasi atau usaha produktif lainnya tetapi resiko menabung di bank juga rendah. Disamping itu alternatif terhadap memegang uang sekarang bukan hanya obligasi tetapi sudah terdapat berbagai jenis surat berharga yang dapat memberikan bunga yang sangat kompetitif dibandingkan dengan bunga simpanan bank.
Kebutuhan berjaga-jaga adalah suatu kebutuhan untuk mengahadapi situasi yang tidak normal atau darurat, misalnya sakit, kecelakaan atau ada kebutuhan mendadak yang memerlukan uang yang tidak terduga sebelumnya. Jumah kebutuhan untuk jenis ini sama dengan kebutuhan transaksi, yakni tergantung dengan income. Bila dilihat secara prinsip maka kebutuhan jenis ini juga hampir sama dengan kebutuhan transaksi.
Faktor ketiga yang menentukan permintaaan uang adalah spekulasi, berbeda secara significant dengan teori klasik. Kebutuhan spekulasi adalah kebutuhan untuk mencari keuntungan dari permaian resiko dan keberuntungan. Sama seperti teori klasik, menurut Keynes uang tidak memberikan penghasilan apa-apa, misalnya dalam bentuk bunga, sehingga rugi kalau disimpan dalam jumlah yang terlalu banyak. Pada waktu teori ini dicetuskan oleh Keynes uang memang tidak memberikan keuntungan apa-apa kecuali untuk mempermudah proses transaksi sehari-hari. Sebagai alternatif dari memegang uang adalah membeli aset lain seperti obligasi (bonds) yang dikeluarkan pemerintah, karena obligasi memberikan pendapatan berupa bunga. Dalam perkembangannya sekarang uang telah bisa memberikan keuntungan dalam bentuk bunga bila disimpan di bank, walaupun tidak diinvestasikan ke usaha-usaha produktif tetapi bunganya sangat rendah diandingkan dengan deposito atau investasi lainnya. Kalau uang disimpan di rumah maka tetap tidak akan memberikan keuntungan sedikitpun. Tingkat keuntungan yang diperoleh dengan menabung di bank memang relatif rendah dibandingkan dengan investasi atau usaha produktif lainnya tetapi resiko menabung di bank juga rendah. Disamping itu alternatif terhadap memegang uang sekarang bukan hanya obligasi tetapi sudah terdapat berbagai jenis surat berharga yang dapat memberikan bunga yang sangat kompetitif dibandingkan dengan bunga simpanan bank.
Faktor kebutuhan uang untuk spekulasi merupakan perbedaan penting
antara teori pasar uang klasik dan Keynesian. Menurut teori Keynesian
disamping untuk transaksi, uang diperlukan juga untuk berjaga-jaga
(berjaga-jaga hampir sama denga transaksi menurut versi teori klasik)
dan untuk berspekulasi. Dikatakan spekulasi karena ada tarik menarik
antara keperluan memegang uang dan memegang (membeli) aset yang lain
selain uang sebagai ganti memegang uang dengan tujuan untuk mendapatkan
keuntungan. Aset lain yang dimaksud disini adalah aset finansial seperti
obligasi atau surat-surat berharga lainnya. (lihat Ilustrasi 4.2).
Sekarang ini kegiatan spekulasi ini dilakukan di pasar uang dan pasar
modal (bursa) seperti di Jakarta Stock Exchange. Apa kaitan antara bunga
aset lain dengan spekulasi dan permintaan uang?
Untuk memudahkan analisis maka kita kelompokan asset finansial yang ada
kepada dua kelompok saja yaitu uang dan “aset lain” selain uang yang
menghasilkan pendapatan atau bunga dimasa mendatang. Contoh “aset lain”
adalah obligasi. Dalam mengelola aset finansialnya (financial wealth)
seseorang mempunyai kecenderungan tertentu atau preferensi berapa banyak
ia akan memegang dalam bentuk uang dan berapa banyak pula dalam bentuk
‘aset lain’. Jadi jumlah kekayaan finansial seseorang adalah penjumlahan
dari uang dengan aset lain seperti persamaan 4.1.
Md + Bd = FW (4.1)
Dimana
Md adalah permintaan terhadap uang, Bd permintaa terhadap aset lain dan
FW total nominal kekayaan finansial. Persamaan diatas berarti
permintaan uang dibatasi oleh ketersediaan kekayaan finansial. Jumlah
permintaan uang maksimal adalah sama dengan jumlah kekayaan finansial
dan permintaan terhadap obligasi menjadi nol. Ini berarti keseimbangan
di pasar uang otomatis juga berarti keseimbangan di pasar obligasi. Apa
yang menentukan permintaan terhadap uang?
Permintaan terhadap uang ditentukan oleh dua faktor, pertama,
pendapatan (income) karena seseorang memegang uang adalah untuk
transaksi sedangkan volume transaksi ditentukan oleh pendapatan. Selain
itu adalah kebutuhan untuk berjaga-jaga yang juga ditentukan oleh
pendapatan. Kebutuhan berjaga-jaga misalnya adalah kebutuhan uang bila
jatuh sakit yang memerlukan uang secara mendadak. Semakin tinggi income
seseorang maka semakin tinggi pula kebutuhan untuk berjaga-jaga sehingga
kebutuhan uangnya juga semakin tinggi. Kedua, permintaan uang
ditentukan juga oleh tingkat bunga (interest rate) aset lain. Semakin
tinggi bunga atau pendapatan yang diberikan oleh aset lain maka semakin
tinggi pula permintaan terhadap aset lain tersebut sehingga permintaan
terhadap uang semakin rendah. Bila hubungan antara income dan permintaan
uang adalah positive atau berbanding lurus maka hubungan antara
permintaan uang dan bunga aset lain adalah negative atau hubungan
terbalik. Artinya bila bunga aset lain tinggi maka permintaan terhadap
uang rendah, dan sebaliknya bila bunga aset lain rendah maka permintaan
terhadap uang menjadi tinggi. Bunga atau pendapatan yang hilang akibat
memegang uang tersebut merupakan biaya memegang uang. Persamaan 4.2
menyatakan faktor yang mempengaruhi permintaan uang tersebut.
Md = kY – bi (4.2)
Secara
grafik permintaan uang dapat dilihat pada Gambar 4.1. Bila pendapatan
naik, misalnya dari Y0 ke Y1 maka permintaan akan uang juga naik dari M0
menjadi M1. Atau bila bunga (i0) turun, dengan asumsi income tetap pada
Y0, maka permintaan uang juga akan naik. Sampai disini belum ada
spekulasi masuk dalam kerangka analisa kita. Berikut akan kita bahas
tentang spekulasi dan kaitannya dengan permintaan terhadap uang.
Permintaan terhadap uang. Bila pendapatan naik, misalnya dari Y0 ke Y1 maka permintaan akan uang naik dari M0 ke M1. Permintaan uang juga naik bila bunga turun, dengan pendapatan tetap, karena hubungan bunga dan Md adalah negatif.
Permintaan terhadap uang. Bila pendapatan naik, misalnya dari Y0 ke Y1 maka permintaan akan uang naik dari M0 ke M1. Permintaan uang juga naik bila bunga turun, dengan pendapatan tetap, karena hubungan bunga dan Md adalah negatif.
Menurut Keynes orang bisa berspekulasi mengenai perubahan tingkat bunga
diwaktu yang akan datang dan hubungannya dengan permintaan uang. Bila
tingkat bunga rendah (sekarang) ada harapan bahwa bunga akan naik
diwaktu yang akan datang. Bila bunga rendah maka harga aset lain (dalam
hal ini obligasi) adalah tinggi. Bila ada harapan bunga akan tinggi
(sekarang bunga masih rendah) berarti ada harapan harga obligasi akan
turun. Turunnya harga obligasi akan mengakibatkan pemegang obligasi
menderita kerugian (capital loss). Sebelum harga turun maka orang akan
menjual obligasi tersebut untuk menghndari kerugian, dan ini berarti
orang melepas obligasi dan meminta uang sehingga permintaan terhadap
uang menjadi naik.
Kenapa hubungan antara bunga dan harga obligasi berbanding terbalik?
Setelah obligasi diterbitkan maka obligasi tersebut akan memberikan
penerimaan (atau disebut return atau yield) yang tetap selama waktu
tertentu atau tidak terbatas untuk obligasi perpetuity, sedangkan
tingkat bunga obligasi yang akan diterbitkan akan berfluktuasi dari
waktu ke waktu sesuai dengan kondisi pasar. Bila bunga pasar obligasi
dalam keadaan rendah dan obligasi yang lama tetap memberikan pendapatan
yang tinggi maka harga obligasi tersebut tentu akan tinggi. Misalnya
obligasi dengan nilai sekarang sebesar Rp 1.000.000 memberikan
pendapatan (yield) tetap sebesar Rp 100.000 pertahun, berarti bunganya
sebesar 10 %. Berarti bila obligasi yang memberikan yield sebesar Rp
100.000 maka nilai obligasi tersebut sekarang adalah Rp 1.000.000. Bila
bunga pasar obligasi turun menjadi 5 % - sedangkan obligasi lama yang
dibeli sebelumnya tetap memberikan pendapatan Rp 100.000 - maka harga
obligasi tersebut menjadi naik menjadi Rp 2.000.000. Kenaikan harag
obligasi ini disebut dengan capital gain.
Dapat disimpulkan bila bunga rendah (harga obligasi lama tinggi) maka
mengakibatkan dua hal yaitu, adanya potensi kerugian yang akan diterima
pemegang obligasi berupa capital loss seperti yang diuraikan diatas,
karena ada kemungkinan bunga akan naik kembali sehingga orang menjual
obligasi dan mendapatkan uang, dan kedua, rendahnya bunga obligasi
menyebabkan berkurangnya minat untuk membeli obligasi yang baru sehingga
permintaan terhadap obligasi turun dan permintaan terhadap uang naik.
Secara mudah hubungan ini dapat dipahami dari persamaan 4.2 diatas.
Dalam perkembangannya sekarang harga obligasi atau surat-surat berharga
lainnya yang diperdagangkan di pasar bursa saham, seperti Jakarta Stock
Exchanges, dipengaruhi oleh banyak faktor yang sulit untuk
diidentifikasi dan diprediksi secara akurat pengaruhnya terhadap harga
saham. Orang hanya dapat berspekulasi bahwa kalau ada faktor X maka akan
terjadi Y. Misalnya kalau terjadi konflik antara Amerika dengan Iran
maka akan mempengaruhi harga minyak dan melalui mekanisme yang cukup
rumit sampai akhirnya ikut mempengaruhi harga saham di New York dan
seterusnya.
Diatas telah diterangkan bahwa yang dimaksudkan dengan bunga adalah
penerimaan atau yield dari obligasi. Dalam perkembangan selanjutnya uang
sekarang juga memberikan yield atau disebut dengan bunga uang seperti
bunga tabungan, deposito dan lain-lain walaupun besarnya jauh lebih
rendah dari penerimaan yang diberikan oleh obligasi atau ‘asset lain’
selain uang. Selain dari bunga tabungan, ada pula bunga pinjaman, yaitu
bunga yang dibebankan oleh bank kepada si peminjam. Bunga pinjaman ini
tentu lebih tinggi dari bungan tabungan karena selisihnya merupakan
keuntungan usaha bagi bank. Jadi bila kita menyebut bunga maka
pengertiannya ada dua yaitu pertama bunga asset lain seperti obligasi
atau saham dan kedua bunga uang. Kedua jenis bunga ini mempunyai
implikasi yang sama terhadap harga obligasi (hubungan bunga dan harga
obligasi) dan terhadap permintaan uang. Juga tidak merobah pengertian
yang terkandung pada rumus 4.2. Artinya yang dimaksud dengan bunga pada
rumus 4.2 tersebut dapat berupa bunga uang dan dapat pula bunga obligasi
karena implikasinya terhadap harga saham dan permintaan uang adalah
sama.
Sebagai ilustrasi, sesuai dengan rumus (4.2) diatas bila bunga naik
maka permintaan akan uang turun. Kenapa? Karena biaya uang semakin mahal
untuk dipertahankan sehingga lebih baik mengurangi jumlah uang yang
ada. Kelebihan uang ini akan dialihkan ke aset lain selain uang seperti
obligasi dan saham, karena harganya relatif murah (ingat, hubungan
negatif dengan tingkat bunga) dan diharapkan akan memberikan keuntungan
yang lebih tinggi karena bunga akan turun dan harga saham akan naik.
Pada saat bunga tinggi harga saham rendah maka kesimbangan kekayaan
finansial (persamaan 4.1) juga mengalami perubahan, dimana Md menurun
dan Bd naik.
Bunga dan Keseimbangan Pasar Uang
Bunga dan Keseimbangan Pasar Uang
Perbedaan lain dengan teori klasik adalah teori Keynesian berpendapat
bahwa uang mempunyai harga yang dinyatakan dengan bunga (interest).
Besarnya harga uang atau bunga ini ditentukan oleh supply dan demand
uang, seperti halnya supply dan demand pada pasar barang dan pasar
tenaga kerja. Penawaran uang ditentukan oleh pemeritah dalam hal ini
Bank Sentral (Bank Indonesia) dan ini sama dengan jumlah uang yang
beredar. Sedangkan permintaan uang ditentukan oleh rumah tangga, pelaku
bisnis dan pelaku ekonomi lainnya yang membutuhkan uang dimana
permintaan terhadap uang tersebut dikategorikan kepada tiga macam
seperti yang telah diuraikan diatas. Dengan demikian keseimbangan bunga
di tentukan oleh supply dan demand dari uang atau
obligasi. Keseimbangan bunga dicapai ketika supply uang sama
dengan permintaan uang. Supply uang diasumsikan tetap dan diatur oleh
kebijakan pemerintah. Bila supply uang naik, misalnya dari Ms0 ke Ms1,
dan income tetap maka bunga akan turun dari i 0 ke i 1.
Bila supply uang sama dengan permintaan uang maka bunga dalam keadaan
seimbang. Ini juga berarti bila bunga seimbang maka pasar uang juga
dalam keadaan seimbang. Perobahan supply atau demand terhadap uang akan
merobah keseimbangan pasar uang dan tingkat bunga. Misalnya, bila
pemerintah memutuskan untuk menaikan supply uang sementara pendapatan
masyarakat tetap maka bunga akan turun.
Ilustrasi 2
Aset dan Surat-Surat Berharga
Assets dibagi atas dua bagian besar, asets finansial atau kekayaan non
finansial (tidak nyata, intangible) dan aset real atau yang nyata
(tangibel assets). Aset finansial dapat pula dibagi atas dua macam
yaitu: uang beserta dengan giro dan deposito dan aset finansial selain
uang. Aset real adalah aset nyata berupa barang yang dimiliki oleh
seseorang. Dalam bentuk persamaan aset dapat ditulis sebagai berikut:
Total Asset = Aset Finansial (lancer) + Aset Real (tidak lancar) (1)
Aset Finansial = Uang + Selain Uang (2)
Yang termasuk dalam aset finansial adalah uang, giro, deposito, dan
aset finansail selain uang seperti obligasi, saham dan surat-surat
berharga lainnya yang dikeluarkan oleh pemerintah dan perusahaan. Aset
real contohnya adalah tanah, rumah, mobil dan barang-barang lainnya.
Alokasi jumlah uang dan selain uang akan tergantung dengan tingkat pendapatan yang diberikan oleh masing-masing jenis aset kepada pemilik aset.
Alokasi jumlah uang dan selain uang akan tergantung dengan tingkat pendapatan yang diberikan oleh masing-masing jenis aset kepada pemilik aset.
Uang, Giro dan Deposito
Uang, tabungan dan giro adalah asset yang paling lancar karena dapat
segera digunakan bila diperlukan. Uang terdiri dari uang kertas dan
koin. Pemegang uang dan giro tidak mendapatkan penghasilan atau bunga
dari uang atau giro yang dipegangnya, kecuali hanya kenyamanan dalam
melakukan transaksi. Sedangkan tabungan memberikan bunga tetapi sangat
rendah dibandingkan, misalnya dengan deposito. Deposito adalah tabungnan
berjangka, hanya dapat dicairkan setelah jangka waktu tertentu,
misalnya setelah 3 bulan dan mendapatkan sejumlah bunga tertentu. Jadi
deposito tidak selancar uang karena tidak dapat digunakan sewaktu-waktu.
Obligasi (bonds)
Obligasi adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh pemerintah atau
perusahaan sebagai pengakuan berhutang kepada pemegang obligasi dan
berjanji membayar kepada pemegang obigasi sejumah bunga tertentu per
periode tertentu (misalnya per tahun) plus hutang pokok (principle) pada
saat jatuh tempo (misalnya setelah 10 tahun). Uang hutang hasil
penjualan obligasi ini menjadi pemasukan bagi pemerintah, disamping
pajak, yang akan digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Bagi
perusahaan akan digunakan untuk investasi dan pengembangan perusahaan.
Jadi imbalan yang akan didapatkan pemegang obligasi adalah bunga yang besarnya sesuai dengan keadaan pasar obligasi pada saat obligasi dijual tetapi jumlah nominalnya tetap selama waktu tertentu. Walaupun tingkat bunga obligasi berubah-ubah jumlah pendapatan yang diterima pemegang obligasi akan tetap. Misalnya pemerintah mengeluarkan obligasi senilai Rp 10.000.000 yang akan dibayar kepada si pemegang obligasi pada saat jatuh tempo tahun 2010. Menjelang jatuh tempo pemegang obligasi mendapatkan bunga sebesar Rp 1.000.000 per tahun (10 %). Besarnya bunga nominal ini tetap hanya bervariasi menurut penerbit obligasi yang juga menggambarkan tingkat resiko dari obilgasi tersebut. Semakin rendah resiko maka semakin rendah pula bunga yang ditawarkan.
Jadi imbalan yang akan didapatkan pemegang obligasi adalah bunga yang besarnya sesuai dengan keadaan pasar obligasi pada saat obligasi dijual tetapi jumlah nominalnya tetap selama waktu tertentu. Walaupun tingkat bunga obligasi berubah-ubah jumlah pendapatan yang diterima pemegang obligasi akan tetap. Misalnya pemerintah mengeluarkan obligasi senilai Rp 10.000.000 yang akan dibayar kepada si pemegang obligasi pada saat jatuh tempo tahun 2010. Menjelang jatuh tempo pemegang obligasi mendapatkan bunga sebesar Rp 1.000.000 per tahun (10 %). Besarnya bunga nominal ini tetap hanya bervariasi menurut penerbit obligasi yang juga menggambarkan tingkat resiko dari obilgasi tersebut. Semakin rendah resiko maka semakin rendah pula bunga yang ditawarkan.
Ada obligasi yang membayarkan bunga selama waktu yang tidak terbatas
dan pemerintah sebagai yang penerbit obligasi tidak perlu membayar
hutang pokok, artinya pemegang obligasi meminjamkan uang selamanya
kepada pemerintah atau perusahaan. Hal ini sama dengan seseorang yang
menabungkan uangnya di bank untuk selamanya. Obligasi ini disebut juga
perpetuity.
Saham (Stocks)
Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan yang
menyatakan si pemegang saham berhak atas sebagian kepemilikan dan
sebagian keuntungan dari perusahaan tersebut. Pemilik saham mendapatkan
keuntungan setiap tahun yang disebut dividen yang jumlahnya tergantung
dengan kinerja perusahaan. Disamping itu pemegang saham juga dapat
tambahan nilai saham (capital gain) bila perusahaan menunjukkan kinerja
yang baik dan mendapatkan keuntungan yang baik sehingga harga saham di
pasar naik Bila perusahaan tidak mendapatkan keuntungan atau kinerjanya
memburuk maka pemegang saham juga menanggung resiko dengan menanggung
kerugian (capital loss) dan tidak mendapat dividen. Di Indonesia saham
ini diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakata Stock
Exchanges
Assets Real
Yang dimaksud dengan asset real disini adalah berupa tangible assets
atau aset yang nyata secara fisik seperti mesin, tanah, rumah, ruko, dan
lain-lain yang dimiliki oleh perusahaan atau aset real berupa barang
konsumsi rumah tangga, consumer durables, seperti mesin cuci, mobil,
rumah tempat tinggal, stereo, dan lain-lain yang dimiliki oleh konsumen
atau rumah tangga. Semua aset ini memberikan penghasilan langsung maupun
tidak langsung kepada pimiliknya. Individu yang memiliki rumah
menikmati hidup yang lebih tenang di rumah sendiri karena tidak perlu
repot memikirkan sewa rumah tiap bulan. Ruko yang disewakan memberikan
income secara langsng kepada pemiliknya berupa uang sewa tiap tahun atau
tiap bulan.
Nilai dari saham tidak bisa dimasukkan sebagai kekayaan real (tangible
assets) karena saham adalah klaim terhadap sebagian kepemilikan
perusahaan yang secara fisik dimiliki oleh perusahaan. Sama dengan uang
yang hanya memiliki potensi untuk memiliki real asset bila dibelanjakan
untuk membeli asset. Tetapi uang tidak merupakan bagian dari asset real.
Ilustrasi 3
Pasar Modal dan Uang Indonesia
Gambaran pasar modal yang diuraikan diatas lebih banyak merupakan
keadaan yang terjadi di negara-negara yang sudah maju dimana pasar
modalnya telah maju dan stabil. Pasar modal Jakarta Stock Excahnges
belum berperan besar karena volumenya relatif masih kecil dan sekarang
lebih banyak didominasi oleh perusahaan keuangan (fund manager) asing.
Investor yang menanamkan modal (membeli saham) di Bursa Efek Jakarta
masih dari kalangan terbatas. Tidak banyak individual yang membeli saham
karena terbatasnya kemampuan dan informasi serta kebutuhan untuk
berspekulasi di pasar saham.
Bagi masyarakat kebanyakan uang hanyalah sekedar untuk memenuhi
kebutuhan transaksi belum sampai kepada kebutuhan spekulasi, apalagi
untuk memenuhi kebutuhan berjaga-jaga, bahkan untuk menabung sekalipun
belum bisa dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia karena
terbatasnya income. Bahkan sebagian besar masyarakat Indonesia belum
pernah melihat bentuk dari surat berharga seperti saham, obligasi dan
lain-lain.
Namun kecenderungan kedepan pasar modal ini akan semakin tumbuh dan
akan semakin banyak masyarakat umum akan berpartisipasi dalam pasar
modal ini. Hal ini bisa dilihat dari volume perdagangan dan jumlah
investor yang menanamkan modal di Bursa Efek Jakarta seperti berikut.
Demikian juga halnya dengan pasar uang juga belum memenuhi kebutuhan sebagian besar masyarakat Indonesia. Pasar uang yang didominasi oleh perbankan masih banyak didominasi oleh kalangan atas dan perusahaan besar sedangkan perngusaha kecil dan mikro relatif tidak tersentuk oleh pasar uang yang ditawarkan oleh perbankan. Dalam kenyataanya sehari-hari kebutuhan keuangan masyarakat bawah lebih banyak dipenuhi oleh lembaga keuangan informal seperti pelepas uang rentenir, keluarga, teman, dan koperasi dalam jumlah yang terbatas. Pasar uang seperti ini bisa disebut dengan pasar gelap.
Demikian juga halnya dengan pasar uang juga belum memenuhi kebutuhan sebagian besar masyarakat Indonesia. Pasar uang yang didominasi oleh perbankan masih banyak didominasi oleh kalangan atas dan perusahaan besar sedangkan perngusaha kecil dan mikro relatif tidak tersentuk oleh pasar uang yang ditawarkan oleh perbankan. Dalam kenyataanya sehari-hari kebutuhan keuangan masyarakat bawah lebih banyak dipenuhi oleh lembaga keuangan informal seperti pelepas uang rentenir, keluarga, teman, dan koperasi dalam jumlah yang terbatas. Pasar uang seperti ini bisa disebut dengan pasar gelap.
Keterkaitan Pasar Tenaga Kerja dengan Teori Mazhab Keynes
Berbeda
dengan teori klasik yang menganggap permintaan dan penawaran terhadap
tenaga kerja selalu seimbang (equilibrium) karena harga-harga fleksibel,
maka menurut Keynes pasar tenaga kerja jauh dari seimbang, karena upah
tidak pernah fleksibel, sehingga permitaan dan penawaran hampir tidak
pernah seimbang sehingga penganguran sering terjadi. Menurut Keynesian
penganguran bisa terjadi terus menerus dan jenis pengangguran tersebut
ada tiga macam:
a).
Pengangguran karena adanya pergeseran tingkat oputput dari
berbagai sektor dan ini bersifat sementara (frictional unemployment).
b). Pengangguran musiman, yang jumlahnya tergantung dengan musim (seasonal unemployment).
c). Pengangguran yang “dibuat” (institutional unemploymen).
Pengangguran pergeseran (frictional) adalah pengangguran yang
disebabkan karena adanya perobahan struktur dalam ekonomi dan
orang-orang berpindah dari satu pekejaan ke pekerjaan lain. Masa
transisi perpindahan pekerjaan ini menyebabkan timbulnya pengangguran
sementara. Misalnya ada suatu industri yang tutup karena tidak efisien
lagi untuk diteruskan sehingga orang-orang harus mencari pekerjaan baru.
Proses mencari pekerjaan baru memerlukan waktu dan bahkan adakalanya
pekerja tersebut harus dilatih kembali untuk memsuki lapangan pekerjaan
baru. Contoh lain adalah adanya perpindahan dari satu pekerjaan ke
pekerjaan lain dan sementara perkerjaan baru belum dapat maka status
pencari kerja tersebut adalah pengangguran.
Pengangguran musiman disebabkan karena adanya faktor musim dari suatu
jenis pekerjaan. Misalnya di sektor pertanian ada musim puncak dimana
banyak perkerjaan dan ada pula musim senggang atau tidak ada pekerjaan
sama sekali sehingga petani menjadi menganggur dan mencari pekerjaan
lain.
Pengangguran institusinal adalah pengangguran yang timbul akibat adanya
kebijakasanaan pemerintah seperti upah minimum yang menyebabkan
permintaan terhadap tanaga kerja berkurang. Sementara itu penawaran
kerja dari pencari kerja cukup banyak sehinga timbul pengangguran.
Timbulnya ketiga jenis penganguran tersebut diatas disebabkan oleh
karena tidak fleksibelnya harga-harga, termasuk harga tenaga kerja
(upah) dan lambatnya reaksi rasional dari para pelaku ekonomi sehingga
tidak terjadi full employment. Tidak full employment berarti akan ada
orang yang tidak mendapatkan pekerjaan. Keadaan ini dapat dilihat pada
Gambar 3.3 Pada keadaan full employment, semua orang bekerja dan tidak
ada pengangguran. Permintaan dan penawaran tenaga kerja berada pada
titik Nf dengan tingkat upah sebesar Wf. Kemudian pemerintah
memberlakukan upah minimum yang harus dibayar perusahaan yaitu pada Wu,
tentunya lebih tinggi dari tingkat upah yang berlaku pada saat tersebut
di pasar. Akibat dari adanya upah minimum tersebut adalah permintaan
tenaga kerja turun dari Nf ke N1 dan penawaran naik menjadi N2 sehingga
timbul pengangguran sebesar ON2 – ON1 = N1N2.
Karena lambatnya proses untuk kembali ke kondisi keseimbangan semula
maka pemerintah harus turun tangan dengan melakukan intervensi. Salah
satu intervensi yang bisa dilakukan pemerintah adalah dengan menaikkan
pengeluaran sehingga agregate demand kembali meningkat, produksi naik,
tenaga kerja kembali dibuthkan sehingga tercipta lapangan pekerjaan dan
income kembali normal. Tentunya cara yang tidak populer adalah
menghilangkan upah minimum sehingga permintaan terhadap tenaga kerja
meningkat.
Teori pasar tenaga kerja Keynesian ini cukup relevan dalam konteks
pasar tenaga kerja Indonesia. Harga-harga barang dan upah buruh tidak
fleksibel kebawah, bahkan harga bisa naik tanpa sebab yang jelas dan
kalau sudah naik tidak bisa turun. Upah buruh minimum diduga juga ikut
berperan dalam mempertahankan harga yang tinggi sehinga permintaan
terhadap tenaga kerja tidak naik dan menambah pengangguran, walaupun
faktor sempitnya lapangan kerja merupakan faktor terpenting yang
menyebabkan jumlah pengangguran yang besar saat ini. Karena terbatasnya
permintaan tenaga kerja akibat sektor produksi tidak tumbuh tinggi maka
banyak tenaga kerja Indonesia yang menawarkan tenaganya keluar negeri
seperti Malaysia.
Pelaku ekonomi juga sangat lambat dalam merespon perubahan ekonomi yang
terjadi. Hal ini karena informasi yang terbatas dan asimetris. Misalnya
petani di desa tidak tahu bahwa harga input atau produksi pertanian
telah berobah. Ketidaktahuan ini biasanya menjadikan posisi petani
sangat lemah dibandingkan dengan pedagang dan pengusaha besar lainnya.
KESIMPULAN
Kesimpulan
utama dari teori ini adalah bahwa tidak ada kecenderungan otomatis untuk
menggerakan output dan lapangan pekerjaan ke kondisi full employment
(lapangan kerja penuh). Kesimpulan ini bertentangan dengan prinsip
ekonomi klasik seperti ekonomi supply-side yang menganjurkan untuk tidak
menambah peredaran uang di masyarakat untuk menjaga titik keseimbangan
di titik yang ideal.
DAFTAR PUSTAKA
Mankiw, Gregory. (2001). Pengantar Ekonomi. Jakarta : Erlangga
Sukirno,Sadono. (2003). Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta : UI Press
Samuelson, Paul A dan Nordhaus, W. D. (2001). Macro Economics. 17 Edition. New York : The Mc Graw Itill Company, Inc.
http://kamaluddin86.blogspot.com/2009/05/teori-ekonomi-makro-keynesian.html
Komentar
Posting Komentar