Makalah Kewirausahaan Rencana Usaha: Atap Tradisional (Rumbia)


BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Pohon Sagu ( Metroxylon sp ) merupakan salah satu jenis tumbuhan yang hidup pada  kondisi tanah dengan penggenangan air, dimana secara berkala dapat memacu lima kali lipat dari tinggi tanaman pada penggenangan permanen atau tanpa penggenangan. Demikian pula dalam pembentukan anakan, penggenangan berkala mampu membentuk anakan dua kali lebih banyak dibanding penggenangan permanen atau tanpa penggenangan. Oleh karena itu untuk memperbaiki pertumbuhan sagu  pada daerah yang tergenang secara permanen perlu dilakukan perbaikan drainase, sedangkan pada daerah tanpa penggenangan perlu pengaturan pemberian air. Pengertian mengenai hutan sagu adalah hutan yang didominasi oleh tanaman sagu. Selain sagu, masih banyak tanaman lain yang ditemukan dalam kawasan tersebut. Selain itu, dalam satu hamparan hutan sagu tidak hanya tumbuh satu jenis sagu, tetapi terdapat beragam jenis sagu dan struktur tanaman lain.
Pohon Sagu mempunyai peranan sosial, ekonomi, dan budaya yang cukup penting bagi kehidupan masyarakat. Komposisi tegakan dalam hutan, sagu mengindikasikan bahwa keberlanjutan tanaman sagu cukup terjamin secara alami (tanpa campur tangan manusia). Pemanfaatan pohon sagu dalam tingkat pohon yaitu dengan ketinggian 5 meter atau lebih. Akhir-akhir ini perkembangan pohon sagu di daerah Banggai, khususnya kecamatan Pagimana sangat pesat pertumbuhannya. Di dearah  pemanfaatan dari pohon sagu lebih di dominasi pada batang pohonnya yang menghasilkan tepung sagu sebagai salah satu makanan khas daerah Kab. Banggai. Tanpa memperhatikan bagian lain dari pohon sagu yaitu “Daun Sagu” yang dapat di jadikan sebagai Atap rumah. Sehingga masyarakat hanya menjadikan daun sagu sebagai bahan makanan ternak ataupun sampah.
          Kenyataan ini yang bisa menjadikan Daun Pohon Sagu sebagai bagian yang tidak dapat dimanfaatkan atau di jadikan sebagai peluang pasar atau usaha. Akan tetapi bila kita jeli melihat dan mencari peluang, maka Daun Sagu sangat bermanfaat untuk memberikan peluang pasar sebagai bahan dasar pembuatan Atap. Seiring perkembangan Ilmu Pengetahuan, bagian dari pohon sagu yaitu “Daun Sagu” setelah dilepas dari pelepahnya dan dikeringkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan Atap rumah.
           Pembuatan atap rumah dari bahan Daun Sagu membutuhkan proses yang cukup mudah, dimana Daun Sagu yang di ambil adalah daun sagu yang sudah tua, yang telah dipisahkan dari pelepahnya, kemudian terlebih dahulu harus dijemur sampai kering, yang membutuhkan waktu kurang dari 4 jam setelah pengambilan, setelah daun sagu  kering  atau terlihat keras dan, sehingga menghasilkan bahan daun sagu yang kuat dan tahan lama, kemudian  daun kering di apitkan pada bambu yang telah dibersikan dan sesuaikan dengan ukuran panjang bambu untuk pembuatan  atap daun sagu di setiap lembaran atap. Setelah langkah-langkah di atas selesai maka waktunya pengikatan daun sagu pada bambu, dengan menggunakan tali yang terbuat dari rotan ataupun bambu, yang telah diraut atau ditipiskan, sehingga menjadi atap. Sagu merupakan jenis tanaman yang memiliki banyak manfaat seperti pelepahnya dipakai sebagai dinding atau pagar rumah, daunnya untuk atap, Kulit atau batangnya merupakan kayu bakar yang bagus. Sagu (bubuk yang dihasilkan dengan cara mengekstraksi pati dari umbi atau empulur batang) dapat diolah menjadi berbagai makanan, Sebagai makanan ternak, Serat sagu dapat dibuat hardboard atau bricket bangunan bila dicampur semen, Dapat dijadikan perekat (lem) untuk kayu lapis,  Apabila rantai glukosa dalam pati dipotong menjadi 3-5 rantai glukosa (modifief starch) dapat dipakai untuk menguatkan daya adhesive dari proses pewarnaan kain pada industri tekstil, Dapat diolah menjadi bahan bakar metanol-bensin. Akan tetapi menurut saya manfaat dari pohon sagu yang dapat dijadikan sebagai peluang usaha, mengingat minat masyarakat terhadap produk atap daun sagu terbilang tinggi, karena harganya yang cukup terjangkau oleh kalangan ekonomi bawah yaitu dengan harga Rp. 7000/lembar. Usaha ini saya lakukan guna menambah dan memaksimalkan pemanfaatan pohon sagu di daerah saya, yang selama ini bagi sebagian besar orang yang berada di daerah Kab. Banggai menganggap bahwa daun sagu tidak dapat dijadikan sebagai suatu produk bangunan yang mempunyai nilai jual, melainkan hanya dijadikan bahan pakan ternak ataupun sampah. Meskipun ada sebagian kecil masyarakat yang sudah memanfaatkan daun sagu sebagai bahan pembuatan atap rumah, akan tetapi tidak secara maksimal atau hanya ketika butuh. Oleh karena itu selain ketersediaan pohon sagu di alam dan khususnya di kecamatan Pagimana cukup banyak, maka saya berinisiatif untuk membuka sebuah “Usaha Pembuatan Atap Rumah”.

1.2              Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari uraian di atas, adapun permasalahan-permasalahan dalam usaha yang akan saya jalankan adalah bagaimana cara menghasilkan sebuah produk yang berkualitas baik dan memiliki tingkatan harga yang mudah di jangkau oleh masyarakat, dan bagaimana cara menciptakan sebuah lapangan kerja bagi orang yang mempunyai keahlian dalam pembuatan atap daun sagu.
1.3              Tujuan
Adapun tujuan adanya Usaha Pembuatan Atap dari daun Sagu adalah:
a.       Memaksimalkan pemanfaatan pohon sagu.
b.      Mengubah pandangan masyarakat pada manfaat daun sagu, yang menurut masyarakat hanya untuk dijadikan pakan ternak dan sampah, bahwa daun sagu merupakan salah satu peluang usaha yang cukup menjanjikan untuk meningkatkan ekonomi, sebagai bahan utama pembuatan atap.
c.       Membuka lapangan kerja bagi orang-orang yang mempunyai keahlian dalam pembuatan atap, yang secara otomatis keahlian mereka mampu di hargai.
d.      Pemanfaatan limbah daun sagu yang sering terabaikan manfaatnya.

BAB II
RENCANA USAHA
3.1       Modal dan Prasarana
3.1.1  Modal
            Modal dalam usaha yang saya jalankan menggunakan modal barang dan jasa,  karena tidak adanya biaya yang di butuhkan untuk penyediaan bahan yang dikarenakan bahan-bahan tersedia di hutan alam. Dan berada cukup dekat dari tempat usaha dijalankan, sehingga muda terjangkau, seperti Daun Sagu, Bambu, dan Rotan. Akan tetapi dalam usaha Pembutan Atap yang saya jalankan juga membutuhkan modal uang, yang digunakan sebagai modal untuk penyediaan alat, seperti parang dan pisau.
1.      Modal awal pengeluaran usaha, meliputi:
a.       Parang dengan ukuran panjang 60 cm: 3 buah. @40.000 :Rp.120.000
b.      Parang dengan ukuran panjang 30 cm: 3 buah. @25000 :Rp.75.000.
c.       Pisau :  3 buah. @5.000 :Rp.15.000.
d.      Lampu penerangan : 2 buah. @5000 :Rp.10.000.
Total modal awal  :Rp.220.000
Catatan :
Dan perlu diketahui modal tersebut tidak di keluarkan setiap bulan, modal tersebut tergantung dari alat, apabila alat rusak maka akan keluar modal. Dan ukuran atapnya 1,5x0,5 m.
a.       Pemasukan
o   1 lembar atap @7.000.
o   1 minggu 30 lembar @7.000. = Rp.210.000,
o   1 bulan 120 lembar @7.000. = Rp 840.000.
o   Total pemasukan perbulan Rp. 840.000.

b.      Keuntungan
Rp840.000Rp. 215.000,- = 625.000,-
Gaji setiap pekerja/bulan 3 orang. @150.000. =Rp.450.000

Keuntungan bersi rata-rata setiap bulan =Rp. 625.000 Rp. 450.000=Rp.175.000

3.1.2. Prasarana
Lokasi tempat usaha ini cukup strategis dan cukup jauh dari pemukiman masyarakat, sehingga jauh dari kebisingan sehingga tidak menyebabkan Pekerja merasa terganggu, sebab apabila mengalami gangguan dapat merusak konsentrasi pekerjaan atap rumah. Dan mengakibatkan hilangnya konsentrasi yang sangat berpengaruh besar terhadap kualitas atap.  Akan  tetapi dekat dengan ketersediaan bahan-bahan pembuatan atap, sehingga memudahkan jalannya pekerjaan. Adapun prasarana yang harus di penuhi:
 Ketersediaan SDM
Karena usaha ini sepenuhnya dikelola oleh saya yang memanfaatkan kemampuan dari  Tetangga, maka ketersediaan SDM sudah dapat terpenuhi dengan ketersediaan Masyarakat sekitar yang mempunyai keahlian dalam pembuatan atap dari daun sagu.

Sistem manajemen usaha
Melihat usaha ini dikelola oleh saya dan keluarga, beserta tetangga sebagai pekerja maka sistem manajemen diatur berdasarkan musyawarah secara kekeluargaan.

3.1       Sasaran Segmen pasar.
Sasaran segmen pasar adalah masyarakat yang tingkat ekonominya menengah ke bawah.
Í Produk yang di pasarkan dalam usaha saya:
·         Atap rumah.
Produk tersebut terbuat melalui beberapa tahapan:
¤   Pengambilan daun sagu, dan pelepasan daun dari pelepahnya, kemudian  pengumpulan daun sagu yang suda tua.
¤   Penjemuran daun sagu.
¤   Pengambilan bambu, dan pembelahan bambu.
¤   Pemasangan daun sagu kebambu sebagai tiang penjepit dan pengikat.
¤   Pengikatan tali rotan.
Mengingat cukup banyak hasil pembuatan atap yang harus dipasarkan dalam usaha ini, dengan sudah mempertimbangkan segala sesuatunya dalam tahap awal usaha ini saya membutuhkan maksimal 3 orang pekerja, yang betul-betul mempunyai keahlian dalam pembuatan atap rumah  dari daun sagu.
Í Sasaran Konsumen.
Adapun yang menjadi sasaran dalam penjualan produk kami, meliputi masyarakat ekonomi atas, menengah, sampai ekonomi bawah. Sebab harganya yang sangat terjangkau yaitu Rp. 7000, sehingga mudah di jangkau oleh semua kalangan. Akan tetapi sasaran utama produk kami adalah kalangan menegah kebawah, mengingat hagra seng dan genting yang melonjak tinggi, guna membantu perekonomian masyarakat. Dimana selain harganya ekonomis kualitas produk kami pun menjanjikan.
Í Wilayah pemasaran.
Dalam upaya mempercepat proses penjualan produk Atap kami, maka kami melihat wilayah yang masih ada dalam wilayah Kabupaten Banggai, seperti desa Tintingan, Bungawon, Huhak, Tombang,
Poh, Salodik, Balantak, Bantayan, dan Toili. Yang mana jika dilihat dari segi penghasilan masih cukup untuk dapat mendukung minat kami dalam berwirausaha dengan cukup tinggi.
Í Strategi Pemasaran.
Langkah-langkah yang kami tempuh dalam memasarkan produk kami hasilkan yaitu:
¤  Kerjasama dengan Usaha Masyarakat Kecil Menengah (UMKM) pada wilayah-wilayah pemasaran, dalam hal ini Tintingan, Bungawon, Huhak, Tombang, Poh, Salodik, Balantak, Bantayan, dan Toili . Yang pasti wilayah-wilayah yang masih dalam lingkup Kabupaten Banggai. Dengan sistem bagi hasil 90:10.
¤  Mempromosikan produk dari mulut ke mulut dan melalui poster-poster yang di tempelkan di tempat-tempat umum.

BAB 1V
PENUTUP
4.1       Kesimpulan.
Usaha yang kami jalankan tidak memerlukan keuntungan yang besar, melaikan bagaimana cara memanfaatkan setiap bagian dari tumbuhan sagu yang sebenarnya mempunyai manfaat yang bernilai jual, namun Karena tidak adanya kepekaan dan pengetahuan sehingga sebagian besar mnganggap tidak penting. Berwirausaha tak selamanya mencari keuntungan tinggi, tetapi bagaimana bisa mensejaterahkan kehidupan orang lain.
4.2       Resiko.
            Adapun resiko usaha pembuatan atap yang saya jalankan tidak terlalu besar, karena modal yang saya gunakan kecil dan produk usaha yang saya hasilkan tahan lama/tidak mudah rusak.









Komentar

Postingan Populer